السلام عليكم ورحمة
الله وبركاته
بسم الله، الحمد لله،
والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ ﴿١٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”. (QS. Al Hasyr: 18)
Ayyuhal
ikhwah rahimakumullah.
Banyak
orang selalu ingin sukses dalam hidupnya karena memang kesuksesan menjadi kata
yang paling digandrungi. Ia menjadi obsesi mereka untuk mencapainya. Karena
dapat meraihnya merupakan indikasi dari keberhasilan aktivitas yang sedang
digelutinya. Kesuksesan ini juga menjadi eksistensi dirinya pada dinamika
sosial yang sedang dijalani. Maka setiap orang
akan mengerahkan segenap potensinya dengan optimal dan maksimal untuk
dapat meraihnya. Sebab kesuksesan itu adalah harapan indah yang selalu
mengiang-ngiang. Demikian pula kesuksesan kerja utama kita. Terlebih lagi
kesuksesan bagi dakwah ini. Kesuksesan individu memberikan kebahagiaan yang tak
terkira, apalagi kesuksesan dakwah dan jamaah ini.
Ayyuhal
ikhwah rahimakumullah
Bila
kita amati perbincangan orang, kita temukan mereka menetapkan ukuran sukses
yang bermacam-macam, sehingga mereka kadang menentukan suatu penilaian yang
juga beragam. Baik ukuran sukses jangka panjang ataupun jangka pendek. Kita
bisa melihat bagaimana orang menetapkan ukuran kesuksesan jangka pendek. Ada yang
menetapkan penilaiannya pada sisi finansial yang melimpah ruah, sejumlah asset
yang tak terhitung lagi, banyaknya supporter yang simpati dan memberikan
dukungan. Atau keunggulan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dengan penilaian itu mereka menetapkan fokus
sasaran aktivitasnya dan berupaya semaksimal mungkin untuk dapat meraihnya.
Tatkala ia mampu mencapainya ia akan menikmati kepuasan yang tidak terperi.
Ukuran
kesuksesan ini hanya sebagai alat untuk mengukur keberhasilan melakukan
sesuatu. Agar apa yang akan dan sedang kita lakukan dapat dievaluasi dengan
seksama dan terukur. Baik kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha perniagaan. Juga kegiatan lainnya
termasuk aktivitas dakwah dan jamaah ini.
Ayyuhal
ikhwah rahimakumullah.
Tentunya
ukuran kesuksesan dalam pandangan kader dakwah tidak seperti yang dimiliki
kebanyakan orang. Kesuksesan dakwah ini tidak terletak pada sisi-sisi yang
ditentukan kebanyakan orang. Untuk kader dakwah dalam menentukan ukurannya
dapat kita perhatikan firman Allah SWT. :
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ
لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ
خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي
لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ
وَمَن
كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٥٥﴾
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka
mereka itulah orang-orang yang fasik.”. (QS. An Nur: 55)
Apabila
kita tadaburi ayat di atas kita temukan petunjuk bahwa dakwah ini sukses jika
kita dapat meraih;
1. Kepemimpinan
yang mengayomi seluruh kalangan sehingga mereka mendapatkan hak-haknya. Tidak
ada rakyat yang dipimpinnya yang terzhalimi. Kepemimpinan yang memberikan
keteladanan, keadilan, kenyamanan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Pemimpin
yang seperti ini tidak akan dapat dilakukan kecuali oleh pemimpin yang beriman
dan beramal shalih. Bukan pemimpin yang dusta, zhalim, curang, penipu dan
menyimpang. Pemimpin tipe seperti itu hanya melahirkan kesengsaraan bagi
rakyatnya. Rakyat melaknat pemimpinnya dan pemimpin menyumpahi rakyatnya.
Pemimpin yang baik sebagaimana para pemimpin di masa lalu yang dicintai rakyat
dan umatnya. Sehingga generasi sesudahnya merindukan model pemimpin yang lalu
seperti kerinduan kita pada Khulafa’ur Rasyidin, Umar bin Abdul Aziz,
Abdurrahman Ad Dakhil dan para pemimpin lainnya.
2. Kedudukan
yang eksis dan tidak memberikan peluang kecurangan, kedustaan atau
penyimpangan. Kedudukan yang teduh dan tenang sehingga dapat merealisasikan
misi dakwah ini, yakni rahmatan lil alamin bagi semua kalangan. Keadaan yang
demikian memberikan suasana nyaman bagi semua pihak, seperti orang-orang
Babylonia yang akan ditinggal kaum muslimin setelah sekian lama mereka hidup
bersama. Mereka datangi Khalid bin Walid agar memperpanjang waktu tinggalnya di
sana.
3. Tegaknya agama
ini, tidak ada lagi fitnah di muka bumi. Agama ini berdiri tegar tanpa ada satu
pun yang menentangnya. Islam yang tegak merupakan kebutuhan asasi bagi manusia
karena Allah SWT. sudah memformat agama ini bagi manusia. Kita tahu bahwa Islam
memang jawaban dan solusi atas problematika manusia.
4. Hilangnya rasa takut karena telah tegaknya Islam. Dengan itu keadaan menjadi
aman sentosa. Tidak ada kerawanan yang menakutkan. Sehingga setiap orang tidak
cemas dan khawatir akan mendapatkan gangguan, apa lagi gangguan dalam
menjalankan agama ini. Rasulullah SAW. pernah menjanjikan akan ada suatu masa
di mana seorang wanita dapat melakukan perjalanan dari Shan’a sampai ke Hadratu
Al Maut dengan aman tanpa rasa takut.
5. Beribadah kepada Allah SWT. secara total sehingga tidak memberikan
peluang sedikit pun pada kemusyrikan. Penyembahan kepada Allah SWT. Dengan ketundukan
dan kepatuhan dalam seluruh sendi kehidupan ini. Dengan itu mereka
menggantungkan keterikatan hanya kepada-Nya.
Ayyuhal
ikhwah rahimakumullah.
Tentu
kita tahu bahwa kesuksesan itu tidak akan muncul secara tiba-tiba. Ia merupakan
proses panjang yang kita lalui dan akhirnya akan berpulang pada kerja kita
untuk mewujudkannya. Kita harus ingat benar bahwa kesuksesan itu tidak datang
begitu saja. Melainkan ia datang karena kesungguhan dan kekuatan jiwa. Hasan Al
Banna Rahimahullah dalam Majmu’atur Rasail pada tajuk Kepada Apa Kami Menyeru
Manusia, mengingatkan kita terhadap
upaya-upaya untuk mencapai kesuksesan dakwah ini. Bahwa mereka yang
ingin membina dan membangun dirinya, mencapai kesuksesan serta berjuang untuk
mewujudkan cita-citanya dan membela agamanya, harus memiliki kekuatan jiwa yang
dahsyat. Kekuatan jiwa yang terekspresikan dalam sikap;
1. Tekad membaja yang
tidak pernah melemah. Ia tidak kendur menghadapi rintangan, tidak cemas
menghadapi gangguan dan tidak akan mundur menghadapi tantangan. Ia bagaikan
tameng yang berdiri tegar menghadapi segala serbuan.
2. Kesetiaan yang kuat
dan tidak tersusupi oleh pengkhianatan dalam bentuk apapun. Tidak tergiur oleh
bisikan-bisikan yang menyimpang, tidak tergoda oleh rayuan-rayuan yang dapat
melunturkan kesetiaannya pada jalan ini.
3. Pengorbanan yang
tidak dibatasi oleh kekikiran dan keserakahan. Pengorbanan yang ringan untuk
disumbangkan dalam berbagai keadaan baik lapang maupun sempit, dalam keadaan
susah maupun senang. Ia akan keluarkan tanpa merasa keberatan sedikit pun juga.
4. Pengetahuan dan
keyakinan yang dengannya kita bisa memperjuangkan dakwah kita karena ia
memahami apa yang semestinya dikerjakan. Ia siap berada dalam barisan jalan ini
tanpa keragu-raguan.
5. Penghormatan yang
tinggi terhadap ideologi yang diperjuangkannya dengan penuh keyakinan dan
kesungguhan.
Ayyuhal
ikhwah rahimakumullah.
Apabila
kita dapat meraih kesuksesan dakwah di hari ini, maka itu akan mempengaruhi
eksistensi kita di hari esok. Kita tahu bahwa apa yang telah kita lakukan kemarin
berimbas pada kondisi kita saat ini. Cobalah tengok kembali di tahun 1999 saat
kita mengikuti pesta rakyat, apa yang telah kita kerjakan waktu itu berakibat
pada dakwah kita sekarang ini. Usaha kerja keras kita kemarin, di hari inilah
kita dapat melihat hasil dan pengaruhnya baik yang positif ataupun yang
negatif. Yang berimplikasi pada kedudukan dakwah kita untuk masa depan Islam.
Oleh
karena itu ikhwah sekalian ketahuilah bahwa kesungguhan kerja kita sekarang ini
akan berdampak pada eksistensi kita esok hari. Selamat berjuang semoga Allah
bersama kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar