السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول
الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:
Dalam kehidupan
sehari-hari, banyak kita dapati kejadian yang membutuhkan kesabaran. Sebab,
hidup itu sendiri, memang, merupakan perjuangan yang tidak lepas dari segala
macam tantangan. Dan sikap yang terbaik untuk menghadapinya adalah bersabar dan
tidak gegabah.
Sabar atau tsabat
timbul karena adanya tantangan. Sejauh seseorang dapat bersabar, sejauh itu
pula ia berhasil menghadapi suatu tantangan. Dengan kata lain, kesabaran adalah buah kemenangan yang dicapai
oleh seseorang dalam bertempur menghadapi tantangan. Hal ini sesuai dengan
petunjuk Rasulullah SAW, bahwa orang yang kuat adalah orang yang dapat
menundukkan dirinya ketika ia hendak marah, mampu bersabar mengekang hawa
nafsunya.
Manusia yang diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sejak dari Nabi Adam AS telah dipertemukan oleh Allah
dengan pokok tantangan yaitu syaitan, yang juga sebagai musuh utama manusia.
Hal demikian dimaksudkan oleh Allah untuk memilih dari seluruh menusia yang
diciptakan-Nya, manusia-manusia yang akan menjadi khalifah-Nya di muka bumi.
Tugas khalifah, tugas untuk memimpin dan mengatur dunia, inilah yang
dibebankan oleh Allah SWT kepada manusia. Karena tugas khalifah di muka bumi
ini merupakan tugas yang berat dan besar maka Allah SWT menghendaki
khalifah-Nya yang mengemban tugas tersebut adalah mereka yang mampu menghadapi
tantangan-tantangannya dan mampu bertahan, sabar, dan tetap berpegang teguh
pada tali-tali ajaran-Nya.
Sabar
adalah kekhususan manusia.
Telah disebut di muka bahwa sabar atau tsabat timbul karena
adanya tantangan. Dan timbulnya tantangan karena adanya suatu kekuatan dan
kehendak yang kebanyakan saling berbeda. Maka, suatu hal yang janggal apabila
dikatakan bahwa seekor lalat sangat sabar, atau seekor kerbau sangat tabah dan
sabar tatkala datang musim kering sehingga tidak ada suatu rumput pun yang
tumbuh, umpamanya.
Yang demikian itu karena
lalat dan kerbau itu mempunyai banyak kekurangan. Keduanya tidak mempunyai akal
untuk berfikir dan memberikan pertimbangan-pertimbangan mengatakan kelaparan. Segala
yang mereka perbuat hanya berdasarkan syahwat hayawaniyah dan karena
insting semata.
Juga suatu hal yang sulit
diterima, apabila dikatakan bahwa para malaikat itu sabar dan tabah. Sebab,
para malaikat diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang selalu taat dan
patuh manjalankan perintah-perintah-Nya dan tidak pernah berbuat maksiat
sekalipun.
Para malaikat tersebut
tidak dikuasai oleh syahwatnya yang akan membelokkannya dari kepatuhan dan
taatnya kepada Allah SWT sehingga terjadi pergolakan dalam diri para malaikat.
Atau, menimbulkan adanya tantangan bagi para malaikat dan menuntut untuk
bersabar menghadapinya. Tidak demikian halnya karena yang ada pada para
malaikat tersebut hanyalah satu hal, yaitu kepatuhan dan tidak maksiat.
Dengan demikian, maka
kesabaran ini menjadi kekhususan bagi manusia saja. Sebab, dalam diri manusia
selalu terjadi dua hal yang saling bertolak belakang. Manusia telah dibekali
dengan setumpuk petunjuk Allah untuk menghadapi segala macam tantangan, mulai
dari petunjuk instink, panca indera, akal, sampai kepada agama--petunjuk yang
paling sempurna. Tetapi, Allah tidak membiarkan manusia begitu saja menggunakan
petunjuk-petunjuk-Nya tadi. Allah SWT masih akan mengujinya dengan berbagai
macam bentuk ujian.
Allah berfirman, “Alif
laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,
“kami telah beriman “ sedang mereka tidak diuji lagi, dan sesungguhnya kami
telah menguji orang-orang yang belum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang dusta.”
Syaitan sebagai musuh
bebuyutan manusia selalu menggodanya melalui nafsunya, akalnya, bahkan agamanya
sekalipun. Di sinilah terjadinya tantangan dan pergolakan dalam diri manusia.
Hanya manusia-manusia yang tetap tegak, tsabat dan istiqamah dalam garis-garis
Allah SWT yang akan memperoleh kemenangan.
Rasulullah SAW
dan para sahabatnya adalah contoh konkret.
Pada dasarnya risalah yang
dibawa oleh Rasulullah SAW dan para nabi sebelumnya adalah sesuai dengan fitrah
manusia. Hal demikian menghendaki risalah yang dibebani oleh Allah SWT kepada
Rasulullah SAW, akan diterima dengan mudah oleh umat manusia. Memang
demikianlah halnya bagi orang-orang yang suci hatinya. Bersih dari penyakit
kekufuran, kedengkian dan kebancian.
Dengan segala lapang dada
mereka menerima risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Hal ini bisa dilihat
pada orang-orang terdekatnya, Khodijah binti Khuwailid, Abu Bakar Shiddiq,
Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas, dan lainnya.
Tetapi, sunnatullah dalam berdakwah, menyiarkan kebenaran, menunjukan kenyataan
lain.
Ketikan Rasulullah mulai
bergerak menyiarkan dakwahnya secara terang-terangan di bukit Shofa, justru
tantangan pertama kali datang dari paman beliau, Abu Jahal yang mengatakan
kepada Rasulullah: “Celakalah engkau wahai Muhammad, hanya untuk inikah
kiranya engkau mengumpulkan kami.”
Tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah SAW tidak berhenti sampai
disitu. Orang-orang Quraisy mengingkari dakwah Rasulullah SAW dengan dalih
bahwa mereka tidak bisa meninggalkan agama warisan nenek moyang mereka yang
telah mendarah daging. Semakin lama Rasulullah SAW menyiarkan risalahnya dan
semakin tampak cahaya benderang, semakin gencar pula tantangan yang
dihadapinya. Para sahabat beliau pun tidak luput dari gangguan orang musyrikin
Quraisy.
Satu contoh ketabahan dan tsabat,
dapat kita temui pada Rasulullah SAW. Pada suatu ketika Rasulullah SAW sedang
berjalan di sebuah lorong kota Mekkah. Datanglah ejekan, bahkan penghinaan dari
beberapa orang.
Mereka menaburkan pasir di
atas kepala Rasulullah SAW. Beliau meneruskan perjalanan sampai kembali ke
rumahnya dan kepala Rasulullah SAW masih kotor dengan pasir. Melihat demikian,
salah seorang putri Rasulullah beranjak hendak membersihkan pasir tersebut
sambil menangis. Dengan penuh ketabahan Rasulullah SAW berkata kepada putrinya,
“Wahai putriku, janganlah engkau menangis, karena sesungguhnya Allah yang
akan melindungi bapakmu.”
Disamping Rasulullah sabar menghadapi segala
cobaan ujian dan penganiyaan, beliau juga tetap tsabat, terus menekuni tugas
sucinya (menyampaikan risalah) dengan berbagai macam usaha. Berdakwah siang dan
malam, baik secara sembunyi dan terang-terangan, mendatangi para kaum ke
tempat-temapat perkumpulan mereka.
Pada setiap musim haji
Rasulullah SAW secara aktif menyampaikan kegiatan dakwahnya, menyampaikan
kalimat Allah SWT yang haq kepada setiap orang yag ditemuinya, besar-kecil,
kaya-miskin, hamba sahaya dan orang merdeka, mengajak mereka untuk menjadi
pembela ajarannya, dan bagi mereka yang mau mengikuti Rasulullah SAW dijanjikan
belasan syurga
Setiap Rasulullah SAW
berhadapan dengan tantangan dakwah, beliau selalu menunjukkan sikapnya yang
tetap tabah dan tsabat. Orang-orang Quraisy telah melakukan segala cara
menghalangi dakwah Rasulullah SAW, tetapi semuanya tidak menunjukan hasil yang
mereka inginkan, semuanya berakhir dengan sia-sia. Suatu ketika mereka hendak
membujuk Rasulullah SAW datang kepada
paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta
tolong agar Abu Thalib bisa mempengaruhi Rasulullah SAW untuk meninggalkan
dakwahnya. Rasulullah SAW menjawab dengan tegas.
Ketegaran dan ketabahan
Rasulullah SAW dalam menghadapi segala tantangan dakwah ini, tercermin pula
pada diri para sahabatnya. Bilal bin Rabah, diterlentangkan di bawah terik
sinar matahari dan perutnya ditimbun dengan batu yang besar, dipaksa disuruh
menyembah Latta dan Uzza dan meninggalkan ajaran Muhammad. Bilal menolak, dan
tetap mengatakan, ”ahad, ahad” isyarat bahwa ia enggan menyembah,
kecuali Tuhan yang satu/tunggal.
Ammar bin Yasir dan
keluarganya disiksa kaum musyrikin di tengah padang pasir yang sangat panas.
Ketika Rasulullah SAW mendapati mereka, beliau berkata, “Bersabarlah wahai
keluarga Yasir.” Samiyyah yang dibunuh oleh Abu Jahal karena menolak segala
permintaannya, kecuali satu, yaitu Islam.
Sebenarnya, para musuh
dakwah tersebut tidak mengingkari akan kebenaran ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah SAW. Akan tetapi, karena adanya rasa dengki dan hasad dalam hati mereka dengan segala cara
berusaha menghalangi perjalanan dakwah beliau.
Sabar dan tsabat mutlak diperlukan dalam dakwah.
Kehidupan dunia yang sangat kompleks dan sarat dengan berbagi ragam
keadaan, membuat manusia tidak pernah sepi dari kemungkinan adanya bencana yang
akan menimpanya. Berapa banyak manusia yang kandas cita-citanya, terserang
penyakit, kehilangan harta, dan seterusnya. Ini merupakan sunnatullah di dunia
yang penuh keanekaragaman
Kalaulah sunnatullah dalam
kehidupan dunia dan pada diri manusia menghendaki demikian. Maka para pengemban
dakwah akan lebih besar kemungkinannya untuk tertimpa kesusahan. Mereka adalah
orang-orang yang mengajak kepada ajaran Allah SWT. Dalam waktu yang sama mereka
akan mendapatakan perlawanan dari kaum thaghut.
Mereka mengajak kepada
kebenaran, maka musuhnya adalah orang-orang yang mengajak berbuat batil. Ketika
mereka menyuruh kepada hal-hal yag ma’ruf, mereka akan berhadapan dengan
penyeru kemungkaran. Sunnatullah menghendaki terciptanya Adam dengan Iblis,
Nabi Ibrahim dan raja Namrud, Musa dan Fir’aun, Muhammad SAW dan Abu Jahal.
Allah menegaskan dalam firmannya,
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ
يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ
وَمَا يَفْتَرُون
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap
Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan dari jenis manusia, dan dari jenis jin,
sebagai mereka membisikan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan indah
untuk menipu.” (Q.S.Al-An’am: 112)
Begitulah keadaan para
nabi, para pewarisnya, dan siapa saja yang berdakwah di jalan-Nya. Namun,
orang-orang mukmin yang yakin dan mengetahui umurnya di dunia sangat pendek,
yang menyadari sunnatullah pada para rasul dan nabi serta para pengemban dakwah
yang mengikuti jalan-Nya, merekalah orang-orang yang akan sabar menghadapi
cobaan, tabah menerima ujian. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Mereka yakin sepenuhnya
bahwa segala apa yang menimpanya adalah sesuai dengan kadar yang telah
tercatat. Segala cobaan yang menimpanya mereka pandang sebagai pelajaran yang
berharga, pendidikan yang akan membuat jiwa dan keimanan semakin matang
Walhasil, ketika mereka baru keluar dari penjara, umpamanya, bagaikan emas yang
baru disepuh.
Maka hendaknya demikianlah
halnya para pengemban dakwah, tidak akan pernah putus asa dan kehilangan
harapan. Di dalam dirinya tertanam akidah yang kuat dan sejuta simpanan sebagai
bekal dakwah dan senjata untuk menghadapi pergolakan hidup yang penuh
tantangan. Wallahu a’lam bishshawab.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar