Kamis, 23 Oktober 2014

Syarat, Rukun, Sunnah, makruh dan mubah dalam Shalat

 

MATERI  TARBIYYAH
MARHALAH TAMHIDI

MADAH :  FIQIH

( Part II )


A.                    SYARAT SHALAT

Syarat shalat adalah segala sesuatu yang harus dilakukan sebelum seseorang menunaikan shalat. Dan jika ada salah satu di antaranya tidak terpenuhi maka batal shalatnya. Syarat shalat itu mencakup;
1.                  Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup dengan asumsi terkuat. Firman Allah:
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. An Nisa: 103
2.                    Suci badan. Seperti dalam sabda Nabi:  «توضَّأْ واغسِل ذَكرَك»
berwudhu dan basuhah kemaluanmu (dari madzi) HR Al Bukhari. Bersih pakaian,

            firman Allah: 
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
Dan pakaianmu bersihkanlah, Al Muddatstsir : 4

bersih tempat, seperti dalam perintah Nabi untuk mengguyur bekas kencing orang  badui yang kencing di masjid.
3.                  Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi dan wudhu. Seperti dalam firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, QS. Al Maidah: 6

4.                  Menutup aurat, seperti dalam firman Allah;
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid. QS. Al A’raf: 31

Dan yang dimaksud dengan zienah adalah penutup aurat, dan yang dimaksud dengan masjid adalah shalat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut, dan uarat wanita seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.

5.                  Menghadap kiblat langsung bagi yang dapat melihatnya langsung. Menghadap arahnya bagi yang tidak dapat melihat langsung. Dan wajib berusaha bagi orang yang sedang kebingungan arah kiblat. Namun ketika ketahuan salah setelah shalat tidak wajib mengulangnya, dan jika mengetahui kesalahan itu saat shalat, harus segera merubah dan menyempurnakannya. Kewajiban menghadap kiblat ini gugur bagi  orang yang terpaksa, sakit, ketakutan, shalat sunnah di atas kendaraan. Rasulullah saw shalat menghadap ke mana saja, dengan menundukkan kepalanya. Tetapi tidak dalam shalat wajib. HR Al Bukhari.


B.                  RUKUN SHALAT
Rukun shalat juga disebut dengan fara’idhushshalat adalah amal perbuatan yang dilakukan selama dalam shalat, jika salah satunya ditinggalkan maka batal shalatnya. Rukun shalat itu mencakup:
1.                  Niat, yaitu berniat melaksanakan shalat yang dimaksud. Niat adanya di hati. Oleh sebab itu tidak disyaratkan melafalkannya, dan tidak ada teks niat yang diajarkan oleh Rasulullah saw
2.                  Takbiratul Ihram; yaitu takbir tanda masuk amaliah shalat. Lafalnya : “Allahu Akbar”. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw.
: «مفتاح الصلاة الطهور، وتحريمها التكبير، وتحليلها التسليم»
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
3.                  Berdiri; bagi orang yang mampu berdiri dalam shalat fardhu. Sabda Nabi:
« صَلِّ قائِماً، فإن لَم تَستَطِع فقاعداً، فإنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فعلى جَنْب »
Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring. HR. Al Bukhari.

Sedangkan untuk shalat sunnah maka diperbolehkan dengan duduk meskipun mampu berdiri; hanya nilai shalat duduk itu setengah shalat berdiri. HR Al Bukhari dan Muslim
4.                  Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat fardhu maupun sunnah.[1] Sabda Nabi:
« لا صَلاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرأ بِفَاتِحَةِ الكِتاب »
Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Al Fatihah. HR Al Jama’ah
5.                  Ruku’; yaitu membungkukkan badan sehingga tangan mampu menyentuh lutut, dengan thuma’ninah. Sabda Nabi:
« ثم اركَعْ حتى تَطْمَئِنَّ رَاكِعاً ». متفق عليه.
Lalu ruku’lah sehingga kamu tenang ruku’. Muttafaq alaih
6.                  Bangun ruku’ dan berdiri tegak. Sabda Nabi:
« ثم ارفَع حتى تَعْتَدل قائماً » متفق عليه.
Kemudian bangunlah sehingga kamu berdiri tegak. Muttafaq alaih
7.                  Dua kali sujud setia rakaatnya dengan thuma’ninah.
« ثمّ اسجُد حتى تَطْمَئِنّ ساجدا ً»، متفق عليه
Lalu sujudlah sehingga benar-benar sujud dengan thuma’ninah. Muttafaq alaih
Kesempurnaan sujud dengan tujuh anggota badan yaitu: wajah, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki. HR Abu Daud dan At Tirmidziy

8.                  Duduk akhir dan membaca tasyahhud, yang lafalnya:
« التَّحيات لله والصَّلوات والطَّيبات، السلام عليكَ أيُّها النَّبي ورحمةُ الله وبركاتُه، السَّلامُ علينا وعلى عِبادِ الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلّا الله، وأشهد أن مُحمداً عبدُه ورسولُه...» رواه الجماعة
Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW setelah tasyahhud,[2] menurut madzhab Syafi’iy
9.                  Salam, seperti dalam hadits Nabi :
: «مفتاح الصلاة الطهور، وتحريمها التكبير، وتحليلها التسليم»
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.

Sebagaimana telah disebutkan dari Rasulullah saw yang salam sekali, dan dua kali dalam beberapa hadits.
10.              Tartib, berurutan sesuai yang disebutkan di atas.



C.   SUNNAH SHALAT

Sunnah shalat adalah amalah yang dianjurkan untuk diamalkan dalam shalat agar mendapatkan pahala lebih banyak, dan jika ditinggalkan tidak membatalkan shalatnya, yaitu:
1.                  Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, sehingga jari jempol setinggi daun telinga, atau bahunya, bagian dalam telapak tangan menghadap kiblat. Mengangkat tangan ini juga disunnahkan ketika hendak ruku’ dan bangun ruku’. Menurut jumhurul ulama. Tidak ada yang berbeda kecuali madzhab Hanafi dan sebagian madzhab Malikiy.
2.                  Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada, atau di bawahnya, atau di bawah pusar.
            Semua ini bersumber dari Rasulullah saw. Sebagaimana melepaskan kedua tangan itu.
3.                  Membuka shalat setelah takbiratul ihram dengan do’a istiftah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw, di antaranya:
- « سبحانك اللَّهُمّ وبحمدِك وتَبارك اسمك وتَعالى جَدُّك ولا إله غيرك »، رواه أبو داود والحاكم وصحّحه ووافقه الذهبي.
- « وَجَّهت وجهي لِلَّذي فطر السماوات والأرضَ حنيفاً ومَا أَنَا من المشْركين، إنَّ صلاتي ونسُكِي ومَحْيَاي ومَماتي لِلَّهِ ربِّ العالمين، لا شَريك له، وبذلك أمرت وأنا مِن المسلمِين »، رواه مسلم وأبو داود والنسائي وابن حِبان وأحمد والطَّبراني والشافعي
4.                  Membaca isti’adzah yaitu: (أعوذُ بِالله من الشيطانِ الرجيم)  setelah membaca doa iftitah, dan sebelum membaca AL Fatihah  di rakaat pertama. Dan tidak apa-apa jika dibaca setiap rakaat sebelum membaca.
5.                  Membaca Amin setelah membaca Al Fatihah, baik mejadi imam, makmum maupun sendirian. Dengan suara keras pada shalat jahriyah, dan pelan pada shalat sirriyah. Setelah imam tidak boleh mendahuluinya atau terlalu lama ketinggalan.
6.                  Membaca sebagian Al Qur’an setelah surah Al Fatihah, kecuali pada rakaat ketiga dan keempat, yang cukup dengan surah Al Fatihah. Membaca Al Qur’an yang disukai sedikit atau banyak. Satu surat sempurna atau sebagiannya. Semua ini bersumber dari Rasulullah. Disunnahkan membaca pada rakaat pertama lebih panjang daripada rakaat kedua. Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah saw membaca surah-surah pendek pada shalat maghrib, sebagaimana pernah membaca surah surah Al A’raf, As Shaffat, dan Ad Dukhan. Disunnahkan pula memperindah suara ketika membaca Al Qur’an, waqaf setiap ayat. Ketika melewati ayat rahmat disunnahkan berdoa meminta anugerah Allah. Dan jika melintasi ayat adzab disunnahkan memohon perlindungan Allah darinya. Disunnahkan pula mengeraskan bacaan shalat subuh, jum’at, dua rakaat awal maghrib dan isya’, dan tidak bersuara pada shalat selainnya. Sedangkan dalam shalat sunnah disunnahka sirriyah pada shalat siang hari, dan jahriyah waktu tahajju, qiyamullail. Jahriyyah dan sirriyah pada tempat masing-masing adalah sunnah haiah shalat. Jika ditinggalkan dengan sengaja atau lupa, tidak mempengaruhi shalat.

Sedangkan bagi makmum wajib mendengarkan dan memperhatikan imam yang membaca daengan jahriyyah. Makmum membaca Al Qur’an ketika makmum membacanya dengan sirriyah, karena firman Allah:
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (.QS. Al A’raf: 204)
Dan hadits Nabi:
« وإذا كبَّر الإِمام فكبِّروا، وإذا قَرأ فأنصتوا »، صحَّحه مسلم
Jika ia bertakbir, maka bertakbirlah, dan jika ia membaca maka (Al Qur’an) maka dengarkanlah. Dishahihkan oleh imam Muslim. [3]
7.                  Disunnahkan bertakbir setiap turun naik, berdiri dan duduk, kecuali bangun ruku’. Dalam ruku’     disunnahkan rata antara kepala dan punggung, menggunakan kedua tangan bertumpu ke lutut, dengan membentangkan jari-jari, disertai dzikir, 
(سبحانَ ربي العَظيم)  3x atau lebih, atau dengan redaksi lain yang bersumber dari Rasulullah saw seperti:
 (سُبُّوحٌ قُدّوس رَبُّ الملائِكَة والرُّوح)،
(اللهمَّ لك ركعتُ، وبكَ آمنت، ولكَ أسلمت، أنت ربي، خَشع لك سَمعي وبَصري، ومُخِّي وعَظمي وعَصبي، وما استقلت به قَدمي لله رب العالمين)
8.                    Disunnahkan ketika bangun ruku’ membaca : (سَمع الله لمن حَمِده)
Dan ketika sudah berdiri tegak membaca: (اللّهمّ ربَّنا ولكَ الحمد)
(اللهمَّ ربنا لك الحمد حَمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه) Atau kalimat lain yang bersumber dari Rasulullah saw
9.                  Mendahulukan lutut sebelum tangan ketika hendak bersujud, menempelkan hiudng, dahi dan kedua telapak tangan ke tanah (alas shalat) dengan menjauhkan kedua tangannya dari lambung, meletakkan kedua telapak tangan sejajar dengan telinga atau punggung, membuka jari-jari tangannya dan menghadapkanya ke kiblat. Minimal yang dibaca dalam sujud adalah  (سبحانَ ربي الأعلى)  dan dperbolehkan menambah tabih, dzikir, dan do’a khusus yang bersumber dari Rasulullah saw, seperti:
- اللّهمّ لك سجدتُ وبك آمنت، ولك أسلمت وأنت ربي، سَجد وجهي للذي خَلقه وصوَّره فأحسَن صوره، وشقَّ سَمعه وبصره فتباركَ الله أحسنُ الخالقين. رواه مسلم
10.              Duduk antara dua sujud dengan duduk IFTIRASY (duduk di atas kaki kiri) kaki kanan tegak, dan jari-jari kaki kanan menghadap kiblat, dengan membaca do’a ma’tsur(bersumber dari Nabi), antara lain:
(اللهمّ اغفر لي وارحَمني وعافِني واهدِنِي وارزُقني) رواه الترمذي
Menurut madzhab Syafi’iy, disunnahkan pula duduk istirahat setelah sujud kedua sebelum bangun, untuk rakaat yang tidak ada tasyahhud.
11.              Tasyahhud awal  (wajib menurut madzhab Hannafi) dengan duduk iftirasy, meletakkan tangan kanan di atas paha kanan dan tangan kiri di atas paha kiri, menunjuk dengan jari telunjuk kanan. Disunnahkan agak lebih cepat.
12.              Duduk tawarruk untuk tasyahhud akhir, yaitu dengan mendorong kaki kiri ke depan, mendirikan kaki kanan, dan duduk di tempat shalat (HR. Al Bukhari). Sebagaimana disunnahkan pula bershalawat keapda Nabi setelah tasyahhud dengan shalawat Ibrahimiyyah.
13.              Berdo’a sebelum salam dengan do’a am’tsur, antara lain:
« اللهمَّ اغفر لي ما قَدَّمتُ وما أخَّرت، وما أسْرَرت وما أعْلنت، وما أسرفْت وما أنتَ أعلم به مني، أنتَ المقدِّم وأنت المؤخِّر لا إله إلّا أنت ». رواه مسلم.
- « اللهمَّ إني أعوذ بك من عذاب جهنَّم، ومن عذاب القبر، ومن فتنةِ المَحيا والمَمات، ومن شَرِّ فتنةِ المسيح الدَّجال»، رواه مسلم.

14.                 Memperbanyak dzikir setelah salam dengan dzikir ma’tsur, antara lain: 
- « اللَّهم أنتَ السلام ومنك السلام، تَباركت يا ذا الجلال والإِكرام »، رواه مسلم.
- « من سَبَّح في دُبر كلِّ صلاةٍ ثلاثاً وثَلاثين، وحَمد الله ثلاثاً وثلاثين، وكبَّر الله ثلاثاً وثلاثين، فتلك تِسعة وتِسعون، وقال تمام المائة: لا إله إلا الله وَحده لا شَريك له، لَه الملك ولَه الحمد وهو على كلِّ شيء قَدير، غُفرت خطاياه وإن كَانت مثل زَبد البَحر»، رواه مسلم.
- « اللهمّ أعنِّي على ذِكركَ وشُكرِكَ وحسنِ عبادَتك »، رواه أحمد وأبو داود والنّسائي.
- «لا إله إلا الله وَحده لا شَريكَ له، له المُلك ولَه الحَمد وهو على كلِّ شيءٍ قَدير، اللهم لا مانِع لما أَعطيت، ولا مُعطِي لما مَنَعت، ولا يَنْفَع ذا الجَدِّ مِنكَ الجَدُّ». رواه الشيخان.




[1] Membaca surah Al Fatihah hukumnya wajib bagi imam atau munfarid (shalat sendirian) menurut kesepakatan Ulama. Sedang ma’mum, hukum membaca Al Fatihah adalah wajib menurut madzhab Syafi’iy, makruh menurut madzhab Hanafiy, karena firman Allah:
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.QS. Al A’raf: 204

Sedangkan menurut madzhab Malikiy dan Hanbali, maka ma’mum wajib membaca Al Fatihah dalam shalat sirriyah (tidak bersuara) dan mendengarkan dalam shalat jahriyah. Makmum sebaiknya membacanya saat imam diam (antara dua bacaan).
[2] Minimal berbunyi:
                اللهم صلِّ علىمحمد
Dan yang sempurna adalah:
( اللهم صل على محمد وعلى آل محمدٍ ، كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وبارك على محمد وعلى آل محمد ، كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، في العالمين ، إنك حميدُ مجيد )
Hukumnya sunnah menurut madzhab Hanafiy, dan tidak termasuk dalam rukun shalat.
[3] Ini menurut madzhab Maliki, sedang menurut madzhab Syafi’iy mewajibkan membaca Al Fatihah setiap rakaat di belakang imam. Sedang madzhab Hanafi melerang membaca di belakang imam, baik dalam shalat jahriyah mauoun sirriyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar