MATERI TARBIYYAH
MARHALAH TAMHIDI
MADAH : FIQIH
( Part II )
A.
SYARAT SHALAT
Syarat shalat adalah segala sesuatu yang
harus dilakukan sebelum seseorang menunaikan shalat. Dan jika ada salah satu di
antaranya tidak terpenuhi maka batal shalatnya. Syarat shalat itu mencakup;
1.
Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup
dengan asumsi terkuat. Firman Allah:
إِنَّ
الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. An Nisa: 103
2.
Suci badan. Seperti dalam
sabda Nabi: «توضَّأْ واغسِل ذَكرَك»
berwudhu dan basuhah kemaluanmu (dari
madzi) HR Al Bukhari. Bersih pakaian,
firman Allah:
وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ
Dan pakaianmu bersihkanlah, Al Muddatstsir : 4
bersih tempat, seperti dalam perintah
Nabi untuk mengguyur bekas kencing orang
badui yang kencing di masjid.
3.
Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi
dan wudhu. Seperti dalam firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا
قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى
الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن
كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ وَإِن كُنتُم
مَّرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ
لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا
فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ
اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ
وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub Maka mandilah, QS. Al Maidah: 6
4.
Menutup aurat, seperti
dalam firman Allah;
يَا
بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا
تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا
يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid. QS. Al A’raf:
31
Dan
yang dimaksud dengan zienah adalah penutup aurat, dan yang dimaksud dengan
masjid adalah shalat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut, dan uarat wanita
seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.
5.
Menghadap kiblat langsung
bagi yang dapat melihatnya langsung. Menghadap arahnya bagi yang tidak dapat
melihat langsung. Dan wajib berusaha bagi orang yang sedang kebingungan arah
kiblat. Namun ketika ketahuan salah setelah shalat tidak wajib mengulangnya,
dan jika mengetahui kesalahan itu saat shalat, harus segera merubah dan
menyempurnakannya. Kewajiban menghadap kiblat ini gugur bagi orang yang terpaksa, sakit, ketakutan, shalat
sunnah di atas kendaraan. Rasulullah saw shalat menghadap ke mana saja, dengan
menundukkan kepalanya. Tetapi tidak dalam shalat wajib. HR Al Bukhari.
B.
RUKUN SHALAT
Rukun shalat juga disebut dengan
fara’idhushshalat adalah amal perbuatan yang dilakukan selama dalam shalat,
jika salah satunya ditinggalkan maka batal shalatnya. Rukun shalat itu
mencakup:
1.
Niat, yaitu berniat
melaksanakan shalat yang dimaksud. Niat adanya di hati. Oleh sebab itu tidak
disyaratkan melafalkannya, dan tidak ada teks niat yang diajarkan oleh
Rasulullah saw
2.
Takbiratul Ihram; yaitu
takbir tanda masuk amaliah shalat. Lafalnya : “Allahu Akbar”. Seperti yang
dikatakan oleh Rasulullah saw.
: «مفتاح الصلاة الطهور، وتحريمها التكبير،
وتحليلها التسليم»
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci,
mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali
An Nasa’iy dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
3.
Berdiri; bagi orang yang
mampu berdiri dalam shalat fardhu. Sabda Nabi:
« صَلِّ قائِماً، فإن لَم تَستَطِع فقاعداً،
فإنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فعلى جَنْب »
Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak
mampu maka dengan berbaring. HR. Al Bukhari.
Sedangkan untuk shalat sunnah maka diperbolehkan dengan duduk meskipun
mampu berdiri; hanya nilai shalat duduk itu setengah shalat berdiri. HR Al
Bukhari dan Muslim
« لا صَلاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرأ بِفَاتِحَةِ الكِتاب »
Tidak sah shalat orang yang tidak membaca
Al Fatihah. HR Al Jama’ah
5.
Ruku’; yaitu membungkukkan
badan sehingga tangan mampu menyentuh lutut, dengan thuma’ninah. Sabda Nabi:
« ثم اركَعْ حتى تَطْمَئِنَّ رَاكِعاً ».
متفق عليه.
Lalu ruku’lah sehingga kamu tenang ruku’.
Muttafaq alaih
6.
Bangun ruku’ dan berdiri tegak. Sabda Nabi:
« ثم ارفَع حتى تَعْتَدل قائماً » متفق عليه.
Kemudian bangunlah sehingga kamu berdiri tegak. Muttafaq alaih
7.
Dua kali sujud setia
rakaatnya dengan thuma’ninah.
« ثمّ اسجُد حتى تَطْمَئِنّ ساجدا ً»، متفق
عليه
Lalu sujudlah sehingga benar-benar sujud
dengan thuma’ninah. Muttafaq alaih
Kesempurnaan sujud dengan tujuh anggota
badan yaitu: wajah, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki. HR Abu
Daud dan At Tirmidziy
8.
Duduk akhir dan membaca
tasyahhud, yang lafalnya:
« التَّحيات
لله والصَّلوات والطَّيبات، السلام عليكَ أيُّها النَّبي ورحمةُ الله وبركاتُه،
السَّلامُ علينا وعلى عِبادِ الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلّا الله، وأشهد أن
مُحمداً عبدُه ورسولُه...» رواه الجماعة
Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW
setelah tasyahhud,[2]
menurut madzhab Syafi’iy
9.
Salam, seperti dalam hadits
Nabi :
: «مفتاح الصلاة الطهور، وتحريمها التكبير،
وتحليلها التسليم»
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci,
mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali
An Nasa’iy dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
Sebagaimana telah disebutkan dari
Rasulullah saw yang salam sekali, dan dua kali dalam beberapa hadits.
10.
Tartib, berurutan sesuai yang
disebutkan di atas.
C.
SUNNAH SHALAT
Sunnah shalat adalah amalah yang
dianjurkan untuk diamalkan dalam shalat agar mendapatkan pahala lebih banyak,
dan jika ditinggalkan tidak membatalkan shalatnya, yaitu:
1.
Mengangkat tangan ketika
takbiratul ihram, sehingga jari jempol setinggi daun telinga, atau bahunya,
bagian dalam telapak tangan menghadap kiblat. Mengangkat tangan ini juga disunnahkan ketika hendak ruku’ dan bangun
ruku’. Menurut jumhurul ulama. Tidak ada yang berbeda kecuali madzhab Hanafi
dan sebagian madzhab Malikiy.
2.
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di
dada, atau di bawahnya, atau di bawah pusar.
Semua ini bersumber dari Rasulullah
saw. Sebagaimana melepaskan kedua tangan itu.
3.
Membuka shalat setelah
takbiratul ihram dengan do’a istiftah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw, di
antaranya:
- « سبحانك
اللَّهُمّ وبحمدِك وتَبارك اسمك وتَعالى جَدُّك ولا إله غيرك »، رواه أبو داود
والحاكم وصحّحه ووافقه الذهبي.
- « وَجَّهت وجهي لِلَّذي فطر السماوات والأرضَ حنيفاً
ومَا أَنَا من المشْركين، إنَّ صلاتي ونسُكِي ومَحْيَاي ومَماتي لِلَّهِ ربِّ
العالمين، لا شَريك له، وبذلك أمرت وأنا مِن المسلمِين »، رواه مسلم وأبو داود
والنسائي وابن حِبان وأحمد والطَّبراني والشافعي
4.
Membaca isti’adzah yaitu: (أعوذُ بِالله من الشيطانِ الرجيم) setelah membaca doa iftitah, dan
sebelum membaca AL Fatihah di rakaat
pertama. Dan tidak apa-apa jika
dibaca setiap rakaat sebelum membaca.
5.
Membaca Amin setelah
membaca Al Fatihah, baik mejadi imam, makmum maupun sendirian. Dengan suara
keras pada shalat jahriyah, dan pelan pada shalat sirriyah. Setelah imam tidak
boleh mendahuluinya atau terlalu lama ketinggalan.
6.
Membaca sebagian Al Qur’an
setelah surah Al Fatihah, kecuali pada rakaat ketiga dan keempat, yang cukup
dengan surah Al Fatihah. Membaca Al Qur’an yang disukai sedikit atau banyak.
Satu surat
sempurna atau sebagiannya. Semua ini bersumber dari Rasulullah. Disunnahkan
membaca pada rakaat pertama lebih panjang daripada rakaat kedua. Diriwayatkan
pula bahwa Rasulullah saw membaca surah-surah pendek pada shalat maghrib,
sebagaimana pernah membaca surah surah Al A’raf, As Shaffat, dan Ad Dukhan.
Disunnahkan pula memperindah suara ketika membaca Al Qur’an, waqaf setiap ayat.
Ketika melewati ayat rahmat disunnahkan berdoa meminta anugerah Allah. Dan jika
melintasi ayat adzab disunnahkan memohon perlindungan Allah darinya.
Disunnahkan pula mengeraskan bacaan shalat subuh, jum’at, dua rakaat awal
maghrib dan isya’, dan tidak bersuara pada shalat selainnya. Sedangkan dalam
shalat sunnah disunnahka sirriyah pada shalat siang hari, dan jahriyah waktu
tahajju, qiyamullail. Jahriyyah dan sirriyah pada tempat masing-masing adalah
sunnah haiah shalat. Jika ditinggalkan dengan sengaja atau lupa, tidak
mempengaruhi shalat.
Sedangkan bagi makmum wajib mendengarkan
dan memperhatikan imam yang membaca daengan jahriyyah. Makmum membaca Al Qur’an
ketika makmum membacanya dengan sirriyah, karena firman Allah:
وَإِذَا
قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (.QS. Al
A’raf: 204)
Dan hadits Nabi:
« وإذا كبَّر الإِمام فكبِّروا، وإذا قَرأ فأنصتوا
»، صحَّحه مسلم
Jika ia bertakbir, maka bertakbirlah, dan jika ia membaca maka (Al Qur’an)
maka dengarkanlah. Dishahihkan oleh imam Muslim. [3]
7.
Disunnahkan bertakbir setiap turun naik, berdiri
dan duduk, kecuali bangun ruku’. Dalam ruku’ disunnahkan rata antara kepala dan
punggung, menggunakan kedua tangan bertumpu ke lutut, dengan membentangkan
jari-jari, disertai dzikir,
(سبحانَ
ربي العَظيم) 3x atau lebih, atau dengan redaksi lain
yang bersumber dari Rasulullah saw seperti:
(سُبُّوحٌ قُدّوس رَبُّ الملائِكَة
والرُّوح)،
(اللهمَّ لك ركعتُ، وبكَ آمنت، ولكَ أسلمت،
أنت ربي، خَشع لك سَمعي وبَصري، ومُخِّي وعَظمي وعَصبي، وما استقلت به قَدمي لله
رب العالمين)
8.
Disunnahkan ketika bangun ruku’ membaca : (سَمع الله لمن حَمِده)
Dan ketika sudah berdiri tegak membaca: (اللّهمّ ربَّنا ولكَ الحمد)
(اللهمَّ
ربنا لك الحمد حَمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه) Atau kalimat lain yang
bersumber dari Rasulullah saw
9.
Mendahulukan lutut sebelum
tangan ketika hendak bersujud, menempelkan hiudng, dahi dan kedua telapak
tangan ke tanah (alas shalat) dengan menjauhkan kedua tangannya dari lambung,
meletakkan kedua telapak tangan sejajar dengan telinga atau punggung, membuka
jari-jari tangannya dan menghadapkanya ke kiblat. Minimal yang dibaca dalam
sujud adalah (سبحانَ ربي الأعلى) dan dperbolehkan menambah tabih, dzikir, dan
do’a khusus yang bersumber dari Rasulullah saw, seperti:
- اللّهمّ لك سجدتُ وبك آمنت، ولك أسلمت وأنت
ربي، سَجد وجهي للذي خَلقه وصوَّره فأحسَن صوره، وشقَّ سَمعه وبصره فتباركَ الله
أحسنُ الخالقين. رواه مسلم
10.
Duduk antara dua sujud
dengan duduk IFTIRASY (duduk di atas kaki kiri) kaki kanan tegak, dan jari-jari
kaki kanan menghadap kiblat, dengan membaca do’a ma’tsur(bersumber dari Nabi),
antara lain:
(اللهمّ اغفر لي وارحَمني وعافِني واهدِنِي
وارزُقني) رواه الترمذي
Menurut madzhab Syafi’iy, disunnahkan
pula duduk istirahat setelah sujud kedua sebelum bangun, untuk rakaat yang
tidak ada tasyahhud.
11.
Tasyahhud awal (wajib menurut madzhab Hannafi) dengan duduk
iftirasy, meletakkan tangan kanan di atas paha kanan dan tangan kiri di atas
paha kiri, menunjuk dengan jari telunjuk kanan. Disunnahkan agak lebih cepat.
12.
Duduk tawarruk untuk
tasyahhud akhir, yaitu dengan mendorong kaki kiri ke depan, mendirikan kaki
kanan, dan duduk di tempat shalat (HR. Al Bukhari). Sebagaimana disunnahkan
pula bershalawat keapda Nabi setelah tasyahhud dengan shalawat Ibrahimiyyah.
13.
Berdo’a sebelum salam
dengan do’a am’tsur, antara lain:
« اللهمَّ
اغفر لي ما قَدَّمتُ وما أخَّرت، وما أسْرَرت وما أعْلنت، وما أسرفْت وما أنتَ
أعلم به مني، أنتَ المقدِّم وأنت المؤخِّر لا إله إلّا أنت ». رواه مسلم.
- « اللهمَّ
إني أعوذ بك من عذاب جهنَّم، ومن عذاب القبر، ومن فتنةِ المَحيا والمَمات، ومن
شَرِّ فتنةِ المسيح الدَّجال»، رواه مسلم.
14.
Memperbanyak dzikir setelah
salam dengan dzikir ma’tsur, antara lain:
- « اللَّهم أنتَ السلام ومنك السلام، تَباركت يا ذا الجلال
والإِكرام »، رواه مسلم.
- « من
سَبَّح في دُبر كلِّ صلاةٍ ثلاثاً وثَلاثين، وحَمد الله ثلاثاً وثلاثين، وكبَّر
الله ثلاثاً وثلاثين، فتلك تِسعة وتِسعون، وقال تمام المائة: لا إله إلا الله
وَحده لا شَريك له، لَه الملك ولَه الحمد وهو على كلِّ شيء قَدير، غُفرت خطاياه
وإن كَانت مثل زَبد البَحر»، رواه مسلم.
- « اللهمّ
أعنِّي على ذِكركَ وشُكرِكَ وحسنِ عبادَتك »، رواه أحمد وأبو داود والنّسائي.
- «لا إله إلا الله وَحده لا شَريكَ له، له المُلك
ولَه الحَمد وهو على كلِّ شيءٍ قَدير، اللهم لا مانِع لما أَعطيت، ولا مُعطِي لما
مَنَعت، ولا يَنْفَع ذا الجَدِّ مِنكَ الجَدُّ». رواه الشيخان.
[1]
Membaca surah Al Fatihah hukumnya wajib bagi imam atau munfarid (shalat
sendirian) menurut kesepakatan Ulama. Sedang ma’mum, hukum membaca Al Fatihah
adalah wajib menurut madzhab Syafi’iy, makruh menurut madzhab Hanafiy, karena
firman Allah:
وَإِذَا
قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan
apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.QS. Al A’raf: 204
Sedangkan menurut madzhab Malikiy dan Hanbali,
maka ma’mum wajib membaca Al Fatihah dalam shalat sirriyah (tidak bersuara) dan
mendengarkan dalam shalat jahriyah. Makmum sebaiknya membacanya saat
imam diam (antara dua bacaan).
[2]
Minimal berbunyi:
اللهم صلِّ علىمحمد
Dan yang sempurna adalah:
( اللهم صل على
محمد وعلى آل محمدٍ ، كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وبارك على محمد وعلى
آل محمد ، كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، في العالمين ، إنك حميدُ مجيد
)
Hukumnya sunnah menurut madzhab Hanafiy, dan
tidak termasuk dalam rukun shalat.
[3]
Ini menurut madzhab Maliki, sedang menurut madzhab Syafi’iy mewajibkan membaca
Al Fatihah setiap rakaat di belakang imam. Sedang madzhab Hanafi melerang
membaca di belakang imam, baik dalam shalat jahriyah mauoun sirriyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar