السلام عليكم ورحمة
الله وبركاته
بسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول
الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:
Sendi stabilitas dunia ada empat: Keberdayaan ulama (dengan
ilmunya), keadilan para penguasa, kedermawanan orang-orang kaya dan doa para
fuqara. Bila salah satu sendi tak berfungsi sebagaimana mestinya, maka
akan terjadi instabilitas dalam berbagai aspek kehidupan
manusia.
Ulama secara etimologis adalah jama’
dari kata ‘alim’ yang artinya orang
yang memiliki ilmu yang membawanya takut hanya kepada Allah.(QS Al Fathir: 28.)
Dari sini berarti pengertian ulama tidak hanya terbatas pada orang-orang yang
memiliki kafa’ah syar’iyah saja, tapi
juga mencakup semua ahli dalam bidang keilmuan apapun yang bermanfaat, dengan
syarat ilmu yang dikuasainya membawa dirinya menjadi orang yang memiliki rasa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Rasa
khasyyah inilah yang mendorong para ulama untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi
munkar. Karenanya dalam pengertian ini para kader dakwah adalah para ulama
yang berperan sebagai ‘waratsatul
anbiya’ (pewaris para nabi) yang selalu melakukan tawashau bil haqqi
dan tawashau bis shabri (saling menasihati dalam kebenaran dan
kesabaran).
Ada beberapa hal yang menuntut para kader
dakwah untuk melakukan tawashau bil haqqi dan tawashau bis shabri:
1. Khairiyyatul
haadzihil ummah (kebaikan umat ini) terletak pada konsistensi pelaksanaan amar
ma’ruf dan nahi munkar. Bila amar-ma’ruf dan nahi munkar tidak dilaksanakan
maka akan hilanglah salah satu ciri kebaikan umat Islam ini. (QS Ali Imran:
110)
2. Kader dakwah
adalah stabilisator umat yang menjadi tumpuan
utama masyarakat. Ciri utama kader yang menjadi stabilisator umat adalah
senantiasa melakukan ‘ishlah’ (perbaikan). Seorang kader tidak cukup
hanya menjadi seorang yang shalih saja tapi harus menjadi seorang ‘mushlih’
(men’shalih’kan
orang lain). Orang-orang yang shalih saja tidak cukup untuk menjadi penyelamat
umat dari kehancuran. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah pernah
ditanya, “Apakah kita akan dihancurkan walaupun di antara kita terdapat
orang-orang sholihin”? Rasulullah menjawab, “Ya”, bila terdapat banyak kebobrokan/keburukan.
Allah SWT menegaskan dalam surat Huud ayat 117 yang artinya: Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan
negeri-negeri secara zhalim sedang
penduduknya orang-orang yang melakukan ishlah (perbaikan).
3. Di antara ciri manusia yang tidak
akan merugi adalah sebagaimana yang diungkap dalam surat Al-Ashr, yaitu senantiasa saling
menasihati dengan kebenaran (saling menasihati untuk melakukan perintah Allah
dan menjauhi larangan Allah) dan saling menasihati dengan kesabaran (maksudnya
saling menasihati untuk bersabar menanggung musibah atau ujian). Surat ini amat penting sehingga
ada riwayat dari Imam At-Thabrani dari Ubaidillah bin Hafsh yang menyatakan
bahwa dua orang sahabat nabi bila bertemu, maka tidak berpisah kecuali
membaca surat Al-Ashr, kemudian mengucapkan salam
untuk perpisahan. Imam As-Syafi’i pernah mengatakan, “Seandainya manusia mau
merenungi kandungan surat
Al-Ashr, pasti cukuplah itu bagi
kehidupan mereka”. (lihat Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Juz III hal 674)
4. Di antara hak
seorang muslim dengan muslim lainnya adalah
bila dimintai nasihat oleh saudaranya tentang sesuatu maka ia harus
memberinya, dalam artian ia harus
menjelaskan kepada saudaranya itu apa yang baik dan benar. Dalam sebuah
hadits disebutkan:
اذا استنصح أحدكم أخاه فلينصح له
Artinya: "Bila salah seorang dari
kamu meminta nasihat kepada saudaranya maka hendaknya (yang diminta) memberi
nasihat". (HR Bukhari)
Dalam hadits lain
disebutkan:
الدين النصيحة لله ولرسوله ولأئمة المسلمين و عامتهم
Artinya: "Agama adalah
nasihat bagi Allah, bagi Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan untuk
para orang awamnya". ( H.R Bukhari)
Maksud hadits di atas
adalah:
1. Agama adalah nasihat, maksudnya bahwa sendi dan tiang tegaknya
agama adalah nasihat. Tanpa saling menasihati antara umat Islam maka agama
tidak akan tegak.
2. Agama adalah nasihat bagi Allah artinya: Sendi agama adalah
beriman kepada-Nya, tunduk dan berserah diri kepada-Nya lahir dan batin,
mencintai-Nya dengan beramal shalih dan mentaati-Nya, menjauhi semua larangan-Nya
serta berusaha untuk mengembalikan orang-orang yang durhaka agar bertaubat dan
kembali kepada-Nya.
3. Agama adalah nasihat bagi Rasulullah SWT, maksudnya: sendi
tegaknya agama adalah dengan meyakini kebenaran risalahnya, mengimani semua
ajarannya, mengagungkannya, mendukung agamanya
menghidupkan sunnah-sunnahnya dengan mempelajarinya dan mengajarkannya,
berakhlaq dengan akhlaqnya, mencintai keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya.
4. Agama adalah nasihat bagi para pemimpin umat Islam, maksudnya
adalah bahwa tegaknya agama dengan mendukung dan mentaati mereka dalam
kebenaran, mengingatkan mereka dengan kelembutan bila lalai/lengah,
meluruskan mereka bila salah
5. Agama adalah nasihat bagi orang awam dari umat Islam (rakyat
biasa bukan pemimpin), maksudnya bahwa tegaknya agama hanyalah dengan
memberikan kasih sayang kepada orang-orang kecil, memperhatikan kepentingan
mereka, mengajari apa-apa yang bermanfaat bagi mereka dan menjauhkan semua hal yang membahayakan
mereka dsb.
Saling menasihati di
antara kader adalah kewajiban. Karena di satu sisi bangkit dengan kebenaran
adalah sangat sulit sementara di sisi lain hambatan-hambatan untuk
menegakkannya sangat banyak, misalnya: hawa nafsu, logika kepentingan, tirani
thaghut, dan tekanan kezhaliman. Pemberian nasihat merupakan pengingatan,
dorongan dan pemberitahuan bahwa kita
satu sasaran dan satu tujuan akhir. Semua kader senantiasa bersama-sama dalam menanggung beban dan mengusung amanat.
Bila saling menasihati ini kita lakukan bersama-sama, dimana berbagai
kecenderungan individu bertemu dan saling berinteraksi, maka akan menjadi
berlipat gandalah kekuatan kita untuk menegakkan kebenaran. Masyarakat Islam
tidak akan tegak kecuali dijaga oleh sekelompok kader yang saling tolong
menolong, saling menasihati dan memiliki
solidaritas yang tinggi.
Para
salafus shalih telah memberikan contoh luar biasa dalam hal saling menasihati.
Sebagai contoh adalah Umar bin Al Khatab ra,
pada suatu kesempatan ketika banyak pembesar sahabat yang
mengelilinginya tiba-tiba salah seorang sahabat berkata: Ittaqillaha ya Umar.(Bertaqwalah
kepada Allah wahai Umar!) Para sahabat yang
mengetahui kedudukan keislaman Umar marah kepadanya, namun Umar r.a mencegah
kemarahan sahabat-sahabatnya seraya berkata: Biarkanlah dia berkata demikian,
sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mengatakannya, dan
tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mendengarnya.”
Itulah Umar yang termasuk dalam golongan sepuluh orang
yang mendapat kabar gembira dijamin masuk surga, beliau sangat perhatian
terhadap setiap nasihat yang benar yang ditujukan kepadanya.
Kita sebagai kader dakwah yang
menjadi stabilisator umat, harus saling menasihati dan saling menerima berbagai
nasihat yang baik dengan lapang dada, bahkan harus berterima kasih kepada yang
mau memberi nasihat. Wallahu a’lam.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة
الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar