PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Guru menurut UU
no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.”
B. Peran Guru
Para pakar
pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus
dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias
dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah
pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik,
dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2.
Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.
Jika
factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang
harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat
ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon,
Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi,
Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode
pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan
yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3.
Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat
diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini,
istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,
emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru
memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut :
·
Pertama,
guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai.
·
Kedua,
guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang
paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak
hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
·
Ketiga,
guru harus memaknai kegiatan belajar.
·
Keempat,
guru harus melaksanakan penilaian.
4.
Guru Sebagai Pelatih
Proses
pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini
lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena
tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan
tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan
materi standar.
5.
Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah
seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak
memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat
berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan
kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya.
Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat
secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu
kesehatan mental.
6.
Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru
menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi
peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara
generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang
belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang
harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah
menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau
bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara
generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus
menjadi pribadi yang terdidik.
7.
Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan
model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia
sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran
ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja
pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta
orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan
gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan,
Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera,
Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum perilaku guru sangat mempengaruhi
peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup
pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa
yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan
ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan
berusaha untuk tidak mengulanginya.
8.
Guru Sebagai Pribadi
Guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering
dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola
hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan
dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga
tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat
terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain
melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang
bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9.
Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran
merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian
dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau
peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum
diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai
orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus
dikerjakan, yakni penelitian.
10.
Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas
merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari
fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang
kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan
bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah
dikerjakan sebelumnya.
11.
Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini
panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari
kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk
memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya.
Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta
didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang
dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
12.
Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja
dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat
diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan
dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua
peranannya.
13.
Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu
berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan
dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru
yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta
didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu
menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih
sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi
peserta didiknya.
14.
Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi
sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana
berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul
dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal
usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat
untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa
cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan
merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana
memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan
kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan
dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan
gagasan kehidupan di masa mendatang.
15.
Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang
aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus
ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu
memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya
sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian
dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun
sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat
para pendengar.
16.
Guru Sebagai Emansipator
Dengan
kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap
insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi
kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali
membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan
dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran
sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan
mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya
diri.
17.
Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau
penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan
banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan
dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus
dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan objektif.
18.
Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas
guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena
hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia
sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai
manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif
terhadap apa yang akan diawetkan.
19.
Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah
orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir
(kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi,
suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan
belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu.
Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara
yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus
diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru
hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut.
Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia
harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila
tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh
ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
Efektivitas dan
efisien belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Dalam
pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang idealnya dapat berperan
sebagai :
1. Konservator (pemelihara) sistem nilai
yang merupakan sumber norma kedewasaan;
2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu
pengetahuan;
3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai
tersebut kepada peserta didik;
4. Transformator (penterjemah)
sistem-sistem nilai tersebutmelalui penjelmaan dalam pribadinya dan
perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;
5. Organisator (penyelenggara) terciptanya
proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada
pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran
didik, serta Tuhan yang menciptakannya).
Sedangkan dalam pengertian
pendidikan yang terbatas, dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner,
mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup
:
1. Guru sebagai perencana (planner)
yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar
mengajar (pre-teaching problems).;
2. Guru sebagai pelaksana (organizer),
yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia
bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan
yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses
berlangsung (during teaching problems).
3. Guru sebagai penilai (evaluator)
yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan
pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran,
berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya
maupun kualifikasi produknya.
Selanjutnya, dalam konteks proses
belajar mengajar di Indonesia, satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher
counsel), di mana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik
yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa,
dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya
(remedial teaching).
Di lain pihak,Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagaipendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di masyarakat,guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat (social agent).
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis.
Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
Di lain pihak,Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagaipendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di masyarakat,guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat (social agent).
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis.
Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan
penilai pendidikan;
2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya
guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam
pendidikan;
3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu
menguasai bahan yang harus diajarkannya;
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus
menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin;
5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu
guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
6. Pemimpin generasi muda, artinya guru
bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi
muda yang akan menjadi pewaris masa depan; dan
7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu
guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya
(self oriented), seorang guru berperan sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker),
yaitu seorangyang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat;
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang
harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan
keilmuannya;
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil
orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah;
4. model keteladanan, artinya guru adalah
model perilaku yang harus dicontoh oleh mpara peserta didik; dan
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta
didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut pandang secara
psikologis, guru berperan sebagai :
1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru
merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist
in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan
menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
3. Pembentuk kelompok (group builder),
yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk
mencapai tujuan pendidikan;
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru
merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuatsuatu
hal yang baik; dan
5. Petugas kesehatan mental (mental
hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan
mental para peserta didik.
Sementara itu, Doyle sebagaimana
dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama guru dalam
pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan
memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud
keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung
dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta
didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya,interaksi peserta
didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran,
pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistemyang
mendukung proses pembelajaran,lingkungan belajar, dan lain-lain.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang palingwell informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.
Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang palingwell informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.
Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar